Senin, 24 September 2012

Untuk 1000 Tahun Lamanya..

Aku masih ingat saat pertama kali kita bertemu di penghujung September.. Kala itu masih kemarau, dan kita belum bermain-main di bawah rinai hujan. Kau datang sambil menyanyikan lagu penantian 1000 tahun, dan aku tidak mengerti sekali mengapa harus seribu tahun saat usia ini tidaklah segamblang itu, karenaTuhan telah cukup berbaik hati dengan memberikan kita sepersepuluhnya.

Kita masih bicara tentang cinta, tentu saja.. aku tak mau terlepas dari yang satu ini karena bagiku, cintalah yang membuat semua perbedaan itu berada dalam satu ruang dimana aku menyebutnya sebuah konstalasi dengan tidak membiarkan satupun warna di antaranya menonjol melebihi satu sama lain. Kau masih misteri dengan hitammu, dan biarkan aku tetap diam dengan gelapku. Inilah yang kusebut dengan cinta dimana kita saling memahami.

Seribu tahun, kupikir itu bukanlah waktu yang singkat, tapi tidak untuk perjanjian yang telah kita ikrarkan untuk Tuhan dengan malaikat sebagai saksi, bahwa Dia meminta izin untuk menjadikan kita sebagai bagian dari diriNya demi menapakkan kaki di bumi, tempat yang tak mampu menjadi arsyNya walaupun hanya sesaat. Jadi seribu tahun ini adalah titik tolak untuk menyatakan, kita sebenarnya berasal dari sumber yang sama, jadi mengapa selalu saja ada dengki? Bumi menyadarkan kita bahwa kita berasal dari ketidakmampuan yang menjadikan ada, jadi mengapa mesti merasa angkuh?

Seribu tahun lamanya, sebuah status quo yang kau bisikkan padaku tentang kesederhanaan.. telah banyak kudengar dari orang lain tentang kesederhanaan, dan bahkan tanpa sebab mereka menyederhanakan tentang cinta, tentang kejadian, tentang proses, dan juga tentang perih.. aku menganggapnya tidak seperti itu, dan sepertinya kau sepakat, bahwa cinta tidaklah sederhana. Pernahkah kau membayangkan betapa ketika cinta ini tanpamu, aku tidak bisa lelap? pernahkah cinta dengan ketidakhadiranmu membuatmu merasa sepi ditengah euforia hujan yang gemerlap? paradoks. Sungguh cinta tidaklah sesederhana itu, kawan.. bukanlah sekedar 'aku bahagia melihatmu bahagia walau ini akhir senja buatku' ataukah 'cinta tak harus memiliki' karena sesungguhnya cinta adalah sebuah kerinduan yang tidak sanggup didefenisikan dengan kesederhaan, rindu adalah hal yang begitu rumit.. tidaklah sederhana ketika orang yang mencintaimu menyatakan bahwa ia rela menunggu walaupun seribu tahun lamanya..

Aku masih menantikan momen itu sampai akhirnya hanya bisa bilang: tidak usahlah menyederhanakan kisah ini, ataukah cinta, biarlah mereka tetap begitu, karena seringkali saat bicara denganmu, orang yang kucintai, membuatku gugup dan ini tidak bisa dianggap sebagai sebuah kasus yang sederhana karena tentu tidak ada yang tahu penyebabnya.. Namun saat kau menyatakan siap menantikanku selama seribu tahun lamanya, aku akan menjawabnya--walau sedikit gugup, kenapa mesti menantiku bila kau bisa tetap di sini, bersamaku...



4 komentar:

  1. yayaya..kayakny cinta sdh jd tranding topic nih!

    "walau sedikit gugup, kenapa mesti menantiku bila kau bisa tetap di sini, bersamaku..."

    unyu-unyu kalimat penutupnya >,<

    BalasHapus
    Balasan
    1. tentu dong,, karena tanpa cinta aku galau.. *eehh?? he he he, maksudna, semua berawal dari cinta, dan inshaallah diakhiri dalam cinta pula..

      thanks at all >.<

      Hapus
  2. Endingnya provokatif... "bersamaku".. *ihhiy.

    BalasHapus