Minggu, 29 April 2012

Teman (Sebuah Gunting)




Hujan kali ini tidak begitu dingin, cenderung pahit dengan rintiknya yang bisu. Dan kau bergeming dari tempatmu menatap langit yang juga diam, tak bergerak.

Aku tahu apa yang ada dalam pikiranmu. Tolong panggil aku pengecut jika ini bisa merubah keadaan. Dzalimi aku kalau perlu. Batinku. Namun kutahu kau bukan tipe orang yang seperti itu. Haqqul Yakin.


jadi? Apa yang akan kau lakukan? Dia tidak bersamamu, begitu pula aku. Tak pernah sekalipun. Seperti sebuah nadzar terucap dengan malaikat sebagai pamong, kau adalah pribadi yang begitu beku, hitam dan tak terarah. Semakin ku ke dalam, semakin ku tak mengerti.

Kau masih diam, begitupun denganku.. Ku pikir kita teman, teman untuk hal yang berjibaku dalam ranah sepi. Seperti hutan bambu yang bergetak tertiup angin, kosong namun tak ada yang peduli. Dan jelas kaulah yang tak peduli. Tapi jujur aku peduli, aku peduli untuk memikirkan apa yang kau pikirkan yang tak terpikirkan olehku.

jadi kita adalah sebuah paradoks, ataukah implikasi semata yang tak mau saling menguntungkan. Jika ini yang dikatan sebuah ikatan, mengapa kau begitu tak terarah? Ataukah aku yang terlalu sibuk menyenggamai peraasaanmu? Sekali lagi, aku menerima jika kau mengacungkan gunting itu ke lambungku.

Ini yang terakhir! Masih berteman kah, kita? ataukah hanya sebuah nyanyian nina bobo untuk mengantarkanmu tidak terjaga dari sebuah risalah kebencian untukku? Aku memikirkanmu, dan kau tak peduli dengan kepala batumu. Bertemankah kita? Atau ini hanyalah rintik jus kupu-kupu yang mengalir membasahiku dengan peluhmu?

Dan pada akhir ini lah, aku mengerti tentang stigmamu untukku. Jadi siapkan siletmu malam ini, karena aku tidak akan datang untuk yang terakhirnya kecuali ikatan kita yang kumaksud sebagai ritual merenungi iringan semut dan lubang misteriusnya hilang ditelan bumi. Aku memang tak mengerti, tapi biarlah.. Setidaknya, aku belajar untuk memahami. Karena aku temanmu.

8 komentar:

  1. #JLEBTOTHEMAX

    Digsinya keren...
    istilah2nya juga -___-"
    ckckkc

    BalasHapus
    Balasan
    1. sory, digsi ntu apa kah? saya baru dijagat maya ini, dan suram pengetahuan tentang digsi.. maaf

      Hapus
  2. "Setidaknya, aku belajar untuk memahami. Karena aku temanmu."

    Hanya ngerti yang ini :(
    masih mencerna yang laaiinn :(
    bahasanya tinggi :(
    nda nyampe otakku :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. maafkan aku... bukan karena bahasa tinggi, hanya karena jalan kita begitu berbeda.. :)

      Hapus
  3. Balasan
    1. makasih... he he he.. bubur jagungnya nyusul ya.. :D

      Hapus
  4. pasti kuliah di sastra ya T_T

    BalasHapus
    Balasan
    1. lho kok pake nangis? aku kuliahnya di fakultas hukum, mas.. :)

      makasih udah datang maen ujan2 di sini.. he he he

      Hapus