Minggu, 20 Mei 2012

Saat Kubilang, Tidak





Benci itu ada ketika kepala ini tak mau menerima kenyataan bahwa akan ada gelap disetiap cahaya terbit. Jangan lemparkan keheranan untuk matahari pagi ini, karena ia pun sepertinya tak mengerti. Ia datang, kemudian berlalu. Selalu saja begitu.

Untuk apa benci? Entahlah, karena seolah-olah Tuhan yang menciptakan tempo itu hanya memberikan jawaban klise, sehingga banyak yang menafsirkan bahwa damai itu harus terlahir dari sebuah sengketa, sebuah perang, dan teradukkan dalam perbedaan nyata.

Yah, lagi-lagi perbedaan. Klasik kalaulah ini kujadikan sebagai daftar pertanyaan dari segala jenis kerinduan yang tersamarkan dalam sekat ruang dan waktu, bahwa itulah kesempurnaan manusia. Ia memiliki ruang dan waktu dalam sebuah konstant, dalam rima yang telah tertuliskan jauh sebelum manusia mengenal dirinya sendiri. tidak juga untuk seorang Adam dan buah terlarangnya.

Sendiri itu ada ketika dingin menyerupai belaian halus menggerayang mesra. Jangan buat ketakutan dalam cermin yang menerpa hampa saat kau menghadapnya, karena ia sendiri kebingungan menghadapi silih bergantinya frase yang tak kunjung hilang.

Untuk apa sendiri? Entahlah, karena kenyataannya Tuhan juga sendiri. Ia tak pernah berdua, ataukah diduakan, ataukah Ia sendiri mendua. Dialah satu, dengan terus saja mengamati tidurmu yang nyenyak.. Sungguh Dia tahu, bahkan untuk selembar daun sekalipun. Namun Dia suka menunggu. Menunggu dalam kesendirianNya.

Yah, lagi-lagi menunggu. Layaknya pohon kering yang menanti awan menyejukkannya sejenak. Sungguh ini hanyalah sebuah persinggahan singkat yang tak perlu menunggu apapun. Ketika kau memilih pergi dan berlalu, tolong untuk tidak berbalik lagi karena saat itu aku sudah tidak akan ada untukmu. Sungguh kita adalah sebuah perbedaan rasa yang terjebak dalam ruang rindu.

Dan akhirnya kubilang tidak. Aku mengatakannya bukan untuk menyamarkan 'iya'ku untukmu. Karena kupikir kata 'tidak' jauh lebih baik dari pada harus mengiyakanmu namun hatiku menggeleng. Aku punya rasa kepada hal lain. Ialah benciku yang telah terpelihara untuk Tuhan atas penantianNya untukku. Aku benar-benar tidak mengharapkannya. Hanya saja benar bahwa sendiri itu tidak pernah menyenangkan. Itulah sebabnya aku membenciNya karena telah kubuatNya menunggu.

Namun kenyataannya, Dia tetaplah sebuah misteri untukku. Sama halnya dengan waktu, dan juga dirimu. Aku tidak akan mengerti sebuah gelap untuk terang, dan juga tentang dirimu. Aku tidak akan mengerti hal yang membuatku tidak mengerti dan menantikan jawabanku, dan juga kau. Hingga akhirnya mata ini menua kelak, doaku hanyalah agar aku bisa memberikan kesaksian penuh bahwa kau adalah apa yang kumiliki, kupanuti dan penuntunku ke arahNya..

Bukankah kita ada karena untuk melakukan ini, bukan? Aku menyayangimu.. Selamat tidur

4 komentar:

  1. menunggu itu satu hal yang paling kubenci.. :)
    nice post ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya, menunggu adalah hal yang bikin memble.. tapi kaang kala, menunggu punya kenikmatan tersendiri yang kita sendiri tak tahu..

      Hapus
  2. butuh lebih dari sekali membaca dan mematikan lagu di hengpong untuk mengerti tulisan ini. whaowwww.. asik.

    semoga dia bisa mengerti dengan ke'tidak'anmu, karena aku percaya kalau kamu punya alasan yang sungguh tak terbantahkan untuk itu.

    Selamat tidur, mimpi indah ya... salam kenal juga. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. dia? aku tak pernah membicarakannya.. aku membicarakanmu, kita.. :)

      Hapus