Sabtu, 09 Juni 2012

Jangan Lihat Padaku

fotograf atolyesi

Aku merindukan ikan basah yang semerbak di sana. Jangan lihat padaku dan melempar pandangan pertanyaan tentang itu seolah-olah kau tak mengertiku. Aku mencintainya, tidak lebih, tidak ada kata mengapa, ataukah haruskah. Hanya saja rindu, hanya saja mencintai ikan basah itu, tak lebih.


Aku membelakangi hujan dalam ranahnya yang ceria dengan guntur. Jangan memandangku dengan ekspresi keji begitu seolah-olah aku tak memahamimu. Aku tidak membencinya, hanya saja menantikan sang penggenggam hujan datang untuk tuanku. Jadi jangan pernah melihat ke bawah karena tentu kau tidak akan mendapati lekuk pelangi.

Aku tergila-gila pada bola yang menggelinding kesana-kemari. Jangan melirik sinis padaku seolah-olah aku adalah jiwa yang pragmatis namun tak peduli. Inilah hidup kawan, perputaran nasib kalau mau. Ia berputar begitu untukmu, bahwa perlu sebuah sedih untuk tahu tentang eksistensi kebahagiaan semu, dengan pahit sebagai pemanisnya.

Dan jangan lihat padaku tentang pertanyaan tertundamu hari ini. Aku sendiri tak tahu apa yang tersembunyi di esok hari, tuan. Hanya saja, --berbisik--tidaklah kemudian hari menjadi milikmu jika kau tak mau melepas yang sudah-sudah. berawallah dari sana, ikuti lekuk-lekuk waktu dan pelajarilah tiap incinya, bahwa Tuhan adalah Pencipta Seni yang Maha Agung. Cukup sedikit kegilaan saja di dalamnya, dan kau akan merubah dunia.

Aku pergi, ada seekor tikus buncit menggodaku. Salam..
fotograf atolyesi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar